Sebuah kampung tua di Jakarta yang terkenal dengan budidaya tanaman hiasnya. Tanaman hias di Kampung Sukabumi Ilir Rawabelong bisa memenuhi kebutuhan seluruh konsumen di Jakarta. Bahkan penduduk kampung ini bisa memenuhi kebutuhan hidupnya hanya dengan berjualan tanaman hias.
Awalnya, tanah di Kampung Sukabumi Ilir dimiliki oleh Onderneming dan tuan tanah. Tanah-tanah ini kemudian dikuasakan kepada bujang-bujang Uagoan) untuk diurus dan digarap. Dari bujang-bujang pindah tangan lagi kepada orang-orang tertentu dengan surat keterangan lurah (bek). Pada zaman kependudukan Belanda, sudah menjadi Kelurahan Sukabumi Ilir, Asistenan Kebon Jeruk, Kawedanan Kebayoran Lama, Kabupaten Meester Cornelis (Jatinegara). Kepala kelurahan disebut bek dan staf bek lain mencakup juru tulis serta mandor. Kondisi pemerintahan masih tetap sama ketika Jepang datang. Setelah Indonesia merdeka, bek diganti oleh lurah dan resmi menjadi kelurahan sejak tanggal 1 April 1950. Pada tahun 1961 Kawedanan Kebayoran Lama dihilangkan dan Asistenan Kebon Jeruk menjadi Kecamatan Kebon Jeruk. Setelah DKI Jakarta dibagi menjadi 5 wilayah walikota, Kelurahan Sukabumi Ilir termasuk sebagian besar Rawabelong masuk Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Penduduk asli Kampung Sukabumi Ilir terdiri dari orang Betawi. Pada tahun 1959 penduduk sudah berjumlah 3000 jiwa. Pen-datang mulai berdatangan sejak tahun 1972 dari Mangga Besar Jakarta Pusat yang masih ada hubungan keluarga. Setelah pembangunan jalan aspal dalam proyek MHT pada tahun 1977, penduduk dari luar berdatangan. Terdiri dari orang Padang, Arab, Tionghoa, Jawa Batak, Aceh, Bima, Sunda, dll. Sebelum jalan diaspal, transpotasi masih sulit. Saat itu kendaraan utama hanya berupa sado dan sepeda. Jika musim hujan, sepeda diangkat dulu sampai Jl. Kebayoran Lama baru bisa dinaiki. Setelah jalan MHT dibangun, transportasipun makin lancar. Jalan-jalan seperti Jl. Pos Pengombean, Jl. Kebayoran Lama, dan Jl. Kebon Jeruk dapat dilewati oleh mikrolet dan kendaraan umum lain. Dari Kebayoran Lama melewati Rawabelong dan Grogol. Atau dari Kebayoran Lama menuju Tanah Abang pulang pergi melewati Rawabelong. Demikian juga dari Grogol melewati Kebon Jeruk dan Rawabelong menuju Kebayoran.
Pada tahun 1990-pun tradisi Betawi masih dilaksanakan oleh penduduk kampung, dari mencukur rambut, aqiqah, mauludan, ketimpring, rebana qasidahan, silat, dan upacara pernikahan. Dimulai dengan kunjungan ke rumah mertua dengan membawa anteran, lamaran, ngebakal tembakan mercon, lempar-lemparan mercon ke calon menantu, hingga pesta pernikahan. Anteranyang di bawa saat berkunjung ke rumah calon mertua menjelang bulan puasa berupa sirup, roti,dan kurma. Sedang pada bulan puasa mencakup pacar Cina dan Putu Mayang. Pengantar dalam ijab kabul atau pantun syair dilakukan dengan bahasa Arab. Saat itu juga masih dikenal nuneng-nuneng yang disewa untuk membujuk calon menantu yang masih menolak jodohnya (mak eomblang).
Beberapa tokoh yang terkenal dari kampung ini antara lain si Pitung dan Mat Item. Si Pitung dikenal karena kepandaian ilmu silatnya dan selalu menolong rakyat kecil pada masa penjajahan Belanda. Ia sering merampok orang Cina dan Belanda kemudian membagikan hasil rampokannya kepada penduduk yang tidak mampu. Sedang Mat Item, dulu sering diminta Belanda untuk menangkap perampok. Atas jasanya ia diberi kesempatan untuk naik haji dengan keluarganya. Namun setelah Indonesia merdeka, Mat Item kembali ke profesi awalnya, yaitu perampok. Di Tangerang ia didukung oleh pasukan Pattimura yang berada di Pondok Pinang. Kawanan perampok Mat Item berhasil ditumpas oleh pasukan Kala Hitam pimpinan Letnan Suhanda.
mantab infonya nih.. ane jadi tau sejarah dari rawa belong kampung sukabumi.
BalasHapuscongrats :)
BalasHapusjangan lupa dibaca info info menarik lainnya suf.
nice new blog,gan....lanjutkan,gan....
BalasHapus